-->

Manfaat Kultur Jaringan

     Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan tanaman induknya. Dari teknik kultur jaringan ini diharapkan pula memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul. Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas kegunaan secara khusus dari kultur jaringan terhadap berbagai bidang ilmu pengetahuan.
     Perbanyakan tanaman secara besar-besaran sudah dibuktikan keberhasilannya pada perkebunan kelapa sawit dan tebu. Dengan cara kultur jaringan dapat dihasilkan klon suatu komoditas tanaman dalam waktu yang relatif cepat. Kloning atau propagasi secara terperinci akan dibahas pada bab tersendiri. Kloning dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu meristem culture, organ culture, serta sel yang mempunyai tipe khusus. Pada meristem culture dapat menggunakan tunas atau cabang aksiler (axillary brancing) atau menggunakan ruas batang (single node culture). Sedangkan pada organ culture dibedakan antara organ sebagai tunas adventif dan organ sebagai akar adventif. Organ yang mempunyai tipe khusus adalah serbuk sari (bersifat haploid = n) dan endosperm (bersifat triploid = 3n).
     Manfaat yang dapat diperoleh dari usaha kloning ini cukup banyak, misalnya : diluar pulau Jawa akan didirikan suatu perkebunan yang membutuhkan bibit tanaman dalam jumlah ribuan, maka sudah dapat dibayangkan betapa mahal biayanya hanya untuk transportasinya saja. Hal ini dapat diatasi dengan usaha kloning melalui budidaya jaringan, karena hanya perlu membawa beberapa puluh botol planlet yang berisi ribuan bibit. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan biaya yang cukup banyak dalam persiapan pemberangkatan ataupun transportasinya. Pada ekspor anggrek, misalnya orang luar negeri menghendaki bunga anggrek yang seragam baik bentuk maupun warnanya. Dalam hal ini dapat dipenuhi pula dengan usaha kloning. Bibit-bibit tanaman dari usaha mericlone (tanaman hasil budidaya meristem) akan berharga lebih mahal, karena induknya dipilih dari tanaman yang mempunyai sifat paling bagus (unggul).


     Kultur jaringan telah dikenal banyak orang sebagai usaha mendapatkan varietas baru (unggul) dari suatu jenis tanaman dalam waktu yang relatif lebih singkat daripada dengan cara pemuliaan tanaman yang harus dilakukan penanaman secara berulang-ulang sampai beberapa generasi. Untuk mendapatkan varietas baru melalui kultur jaringan dapat dilakukan dengan cara isolasi protoplas dari dua macam varietas yang difusikan, atau dengan isolasi kloroplas suatu jenis tanaman yang dimasukkan kedalam protoplas jenis tanaman yang lain, sehingga terjadi penggabungan sifat-sifat yang baik dari kedua tanaman tersebut hingga terjadi hibrid somatik. Cara lain adalah dengan menyuntikkan protoplas dari suatu tanaman ke tanaman lain. Contohnya protoplas tanaman Sri-rejeki berwarna hijau disuntukkan ke dalam tanaman Sri-rejeki berwarna putih. Dari percobaan ini diperoleh tanaman Sri-rejeki yang berwarna putih berubah menjadi berwarna hijau. Contoh lain adalah transfer kloroplas dari tanaman tembakau berwarna hijau kedalam protoplas tanaman tembakau yang albino, hasilnya sangat memuaskan karena tanaman tembakau albino menjadi hijau pula. Contoh lain lagi adalah keberhasilan mentransfer kloroplas dari tanaman jagung kedalam protoplas tanaman tebu (Anik Herawati, 1991) dengan hasil yang sangat memuaskan.
     Kloroplas yang dapat ditransferkan harus memenuhi syarat-syarat sebagai beriku:

  1. Sewaktu dilakukan isolasi, kloroplas harus sempurna
  2. Setelah diisolasi mempunyai sifat yang sama dengan kloroplas yang tumbuh secara in vivo(budidaya biasa)
  3. Setelah diisolasi masih mempunyai sifat atau aktivitas fotosintesa yang cukup tinggi.
     Contoh isolasi protoplas dalam budidaya jaringan yang sangat berguna adalah ditemukannya sun-chlorella (jenis ganggang). Ganggang ini secara enzimatis dijadikan protoplas (sel-selnya ditelanjangi dengan cara diinkubasikan dalam enzim medium sehingga dinding selnya larut), kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari. Protoplas tersebut selanjutnya dipecahkan hingga didapatkan kloroplas dan akhirnya dibuat pil-pil untuk pengobatan.
     Menciptakan varietas baru dapat pula dilakukan dengan menggunakan bantuan jenis bakteri seperti bakteri penyebab tumor yang disebut Agrobacterium tumifaciens. Bakteri ini disuntukkan pada tanaman sehat mempunyai sifat buah berukuran besar, agar tanaman yang sehat tersebut menjadi sakit tumor. Bakteri yang berada didalam jaringan yang menonjol karena tumor tersebut kemudian diambil dan disuntikkan kedalam tanaman lain yang ukuran buahnya kecil-kecil. Dengan cara ini terbukti bahwa tidak lama kemudian tanaman tersebut menghasilkan buah yang ukurannya besar. Hal ini membuktikan bahwa bakteri yang dipindahkan tersebut membawa sifat keturunan yang ada pada tanaman semula. Sedangkan untuk mendapatkan varietas baru yang tahan terhadap stress garam, pestisida tertentu, logam berat, suhu rendah atau tinggi dan sebagainya dapat dilakukan dengan cara-cara khusus.
     Menciptakan tanaman baru yang toleran terhadap stress garam pernah dilakukan oleh Handa dkk (Suryiwinoto,1985) yaitu terhadap tanaman tomat dan tembakau. Pada penelitian ini menggunakan penambahan PEG (Poly Ethylen-Glycol) atau NaCl, yang biasa dipergunakan untuk mendapatkan kultivar yang toleransi tehadap garam. Teknik pelaksanaannya dapat dilihat pada bab lainnya. Dengan penemuan ini maka berarti lahan-lahan dipinggir pantai yang tadinya tidak dapat ditanami, sekarang sudah dapat diusahakan dengan menggunakan varietas-varietas baru yang tahan garam, misalnya tanaman padi. Diluar Jawa ada hambatan untuk mengusahakan pertanian di lahan0lahan yang baru dibuka seperti lahan transmigrasi. Permasalahan yang dihadapi pada tanah-tanah daerah transmigrasi tersebut adalah adanya kandungan Al yang tinggi. Kendala tersebut juga telah dapat diatasi dengan diciptakannya varietas baru yang tahan terhadap kandungan Al yang tinggi. Ini hanyalah sebagian kecil dari penemuan-penemuan varietas baru yang tahan terhadap stress, masih banyak varietas baru lainnya yang toleran terhadap virus, pestisida, udara dingin dan lain-lainnya. Dengan demikian kiranya bukanlah hal yang mustahil untuk mengusahakan tanaman yang cocok untuk lahan-lahan didataran rendah ataupun didataran tinggi.
     Beberapa jenis tanaman ada yang terancam puah (endangered species), misalnya berbagai macam jenis tanaman pisang, tanaman melati, kenanga, kayu jati, dan kayu putih. Usaha yang paling tepat untuk melestarikan jenis-jenis tanaman yang terancam punah adalah dengan jalan kloning. Dengan usaha kloning ini, popolasi dari tanaman tersebut akan terselamatkan, bahkan dapat bertambah, sekaligus sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman tersebut tetap terjamin.
     Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena dari usaha ini dapat menghasilkan metabolit sekunder untuk upaya pembuatan obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat didalam kalus ataupun protokormus (protokorm like bodies), misalnya alkoloid, steroid dan terpenoid. Dengan ditemukannya cara mendapatkan metabolit sekunder dari kalus suatu eksplan yang ditumbuhkan dalam medium kultur jaringan, maka berarti dapat menghemat waktu dan tenaga. Dengan cara biasa, untuk mendapatkanya harus menunggu lama sampai tanaman cukup umur bahkan sampai berproduksi hingga bertahun-tahun. Sedangkan dengan teknik kultur jaringan hanya membutuhkan waktu antara tiga minggu sampai satu bulan saja. Metabolit yang dihasilkan dari kalus ternyata juga memiliki kadar yang lebih tinggi daripada dengan cara biasa (langsung dari tanaman). Dengan cara pengambilan metabolit sekunder kalus, biasanya malah dapat diperoleh kandungan lain yang lebih banyak jenisnya, karena seringkali timbul zat-zat alkoloid atau persenyawaan-persenyawaan lainnya yang sangat berguna untuk pengobatan.
     Persenyawaan yang bermanfaat yang diambil dari kalus dapat ditingkatkan kadarnya dengan cara memanipulasinya, antara lain :
  1. Memakai medium lain yang sesuai
  2. Mengubah salah satu kadar komponen dalam medium
  3. Memberi zat tambahan tertentu kedalam medium, misalnya penambahan zat pengatur tumbuh auksin atau sitokinin.
     Kultur jaringan juga memberikan masukan atau informasi pengetahuan yang sangat bermanfaat dibidang fisiologi tanaman. Pada tanaman anggrek misalnya, telah berhasil diketahui bahwa jika ujung akarnya diiris melintang akan memperlihatkan warna tertentu. Warna tersebut nantinya akan sama dengan warna bunganya. Hal ini jelas sangat bermanfaat dalam dunia perdagangan tanaman hias, sebab walaupun tanamannya belum berbunga, orang-orang sudah dapat mengetahui warna bunga yang akan muncul.
     Perbanyakan perbanyakan vegetatif dengan kultur jaringan ternyata juga berpengaruh terhadap devisa negara. Misalnya, dengan terlaksananya ekspor tanaman hias seperti anggrek ke negara lain, maka akan menaikkan devisa negara disektor pertanian. Ekspor anggrek kenegara lain menuntut sifat dan kualitas bunga tertentu dan keseragamannya terjamin. Dengan adanya tuntutan ini jelas memerlukan usaha menciptakan penyediaan bibit dengan jumlah yang besar dan keseragaman sifat yang tinggi. Sampai saat ini sudah banyak sekali dikenal perbanyakan tanaman secara  in vivo baik dari jenis tanaman hias seperti anggrek, kenanga, melati, begonia, dan sebagainya. Tanaman buah-buahan juga sudah banyak dihasilkan dengan cara in vivo, misalnya durian, jeruk, apel, dan lainnya. Bahkan pada tanaman perkebunan juga telah banyak dihasilkan dengan cara yang sama, misalnya karet, cokelat, kopi dan tanaman keras lainnya seperti tanaman jati, kapuk randu, melinjo, dan sebagainya.
     Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh para petani, barubeberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba melakukannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan memang memerlukan keterampilan khusus dan harus dilatarbelakangi dengan ilmu pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian. Dengan demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa.
Sumber : Teknik Kultur Jaringan Ir. Daisy P. Sriyanti Hendraryono Ir. Ari Wijayani
Powered by Blogger