-->

Pengertian Tentang Kultur Jaringan

A. Arti Kultur Jaringan

     Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai  tissue culture, weefsel cultuus atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.
     Kultur jaringan akan lebih besar persentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dindingnya tipis, belum mempunyai penebalan dari zat pektin, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem keadaanya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.
     Usaha pengembangan tanaman dengan kultur jaringan merupakan usaha perbanyakan vegetatif tanaman yang dapat dikatakan masih baru. Namun, saat ini sudah banyak sekali penemuan-penemuan tentang ilmu pengetahuan kultur jaringan dalam bidang pertanian, biologi, farmasi, kedokteran dan sebagainya. Di bidang farmasi, teknik kultur jaringan sangat menguntungkan dalam jumlah yang besar dan waktu yang singkat. Untuk mengetahui keuntungan pelaksanaan kultur jaringan lebih lanjut, maka perlu dikemukakan perbedaan perbanyakan secara vegetatif dan generatif.
     Perbanyakan tanaman dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perbanyakan tanaman secara generatif dan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif adalah dengan menanam biji, sedangkan perbanyakan secara vegetatf dapat dilakukan dengan cara stek, okulasi, cangkok, penyambungan, merunduk, dan yang paling mutakhir adalah dengan kultur jaringan.
     Perbanyakan tanaman dengan biji memang lebih mudah, sebab biji yang tidak sengaja ditanam pun dapat tumbuh menjadi tanaman baru yang sempurna. Misalnya biji yang dibuang sehabis dimakan daging buahnya akan tumbuh menjadi tanaman baru. Namun kenyataannya sering kita jumpai bahwa hasil tanaman dari biji tidak sama sifatnya dengan induknya. Misalnya daging buah yang tadinya sangat manis dan ukurannya sangat besar, tetapi setelah biji tersebut tumbuh dan berbuah ternyata tidak semanis dan sebesar seperti yang kita makan semula. Hal inilah yang menyebabkan para petani dan pecinta tanaman lebih menyukai perbanyakan tanaman secara vegetatif baik secara stek, cangkok, ataupun cara lainnya, karena dapat menghasilkan tanaman baru yang sifatnya sama dengan induknya. Dengan demikian, perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dimanfaatkan untuk melestarikan sifat-sifat tertentu dari suatu tanaman yang sudah dikenal memiliki mutu yang baik. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara menggabungkan dua macam sifat yang baik dari dua macam varietas tanaman, sehingga menghasilkan tanaman yang unggul yaitu tahan terhadap penyakit, perakarannya kuat, bentuk morfologinya baik dan dapat berbuah lebat.


     Perbanyakan tanaman secara generatif tidak selalu menghasilkan tanaman yang berbeda dengan induknya, hal ini hanya kadangkala saja. Sebab, perbanyakan tanaman secara generatif dapat pula menghasilkan tanaman baru yang sifatnya sama atau bahkan lebih baik dari induknya. Tetapi kadang-kadang dapat pula menghasilkan tanaman yang sifatnya lebih buruk daripada tanaman induknya. Kita tidak akan dapat menduga bagaimanakah sifat tanaman yang akan tumbuh dari perbanyakan secara generatif ini. Kelemahan dai perbanyakan secara generatif adalah masa produksinya lebih lama dari pada tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cepat dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak, sehingga biayanya lebih murah dibandingkan dengan perbanyakan tanaman secara generatif. Melihat kelemahan dan keunggulan dari kedua cara perbanyakan tanaman inilah, maka saat ini mulai dikembangkan cara perbanyakan tanaman yang baru dengan metode kultur jaringan. Metode perbanyakan tanaman dengan cara ini dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat. Cara perbanyakan tanaman dengan kultur jaringan ini sudah dibuktikan diperkebunan kelapa sawit dengan hasil yang sangat baik dan sangat menguntungkan.
     Pengembangan tanaman dalam jumlah besar berarti pula memperbanyak tanaman secara besar-besaran untuk menghasilkan klon. Klon adalah sekumpulan tanaman atau individu atau jaringan-jaringan ataupun sel-sel yang mempunyai sifat keturunan (sifat genetik) yang sama. Bila tanaman-tanaman yang dihasilkan berasal dari pengembangan suatu jaringan meristem maka disebut mericlone. Sifat-sifat dari meriklon ini sama persis dengan tanaman induknya.
     Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suaru sel atau irisan jaringan tanaman yang disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam medium padat atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril. Dengan cara demikian sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan kedalam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi planlet dalam jumlah yang besar
Sumber : Teknik Kultur Jaringan Ir. Daisy P. Sriyanti Hendraryono Ir. Ari Wijayani
Powered by Blogger