Viabilitas benih adalah daya hidup benih. Bila kita menanam benih dengan memberikan semua faktor yang dibutuhkan untuk berkecambah, tetapi benih itu tidak berkecambah, mungkin disebabkan benih dorman atau benih kehilangan viabilitasnya. Dormansi dapat dipatahkan dengan memberikan suatu perlakuan pada benih, sehingga benih mampu berkecambah, Namun benih yang kehilangan viabilitas sifatnya irreversible, tidak bisa berubah menjadi viabel kembali. Jadi benih yang viabel adalah benih yang mampu berkecambah pada kondisi yang memungkinkan tanpa perlakuan pematahan dormasin apapun.
Viabilitas benih menjadi fokus dalam ilmu dan teknologi benih. Dalam proses produksi benih, viabilitas benih diupayakan mulai dari lapang produksi hingga di pemasaran. Benih diperlakukan berbeda dengan biji karen benih harus dipertahankan viabilitasnya jangan sampai menurun.
Faktor-faktor yang memengaruhi viabilitas benih pada saat benih diproduksi dilapangan, yaitu :
- Mutu sumber benihnya
- Ketersediaan air, air merupakan kebutuhan primer bagi tanaman induk untuk membentuk benih
- Ketersediaan hara, NPK diperlukan dalam jumlah besar untuk membentuk karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleat penyusun sel-sel benih yang baru dibentuk
- Lahan produksi benih bersih dari tanaman pengganggu serta organisme lain yang termasuk organisme mikro atau makro, fungi, bakteri, virus, serangga dan nematoda dapat menginfestasi atau menginfeksi ke dalam jaringan benih sebagai organisme terbawa benih
- Suhu yang optimum dilapang
- Cahaya yang cukup
Faktor lingkungan yang mendukung akan memfasilitasi terjadinya penyerbukan, fertilisasi serta perkembangan benih berjalan normal. Benih dari beberapa tanaman dapat dideteksi viabilitasnya (% perkecambahannya) beberapa saat setelah fertilisasi, semakin tua umur benih (masak didalam buah), persentase perkecambahannya meningkat mencapai maksimum.
Peningkatan persentae perkecambahan (daya kecambah) disertai peningkatan berat kering benih dan penurunan kadar air benih. Masak fisiologis benih adalah suatu titik (moment) dalam periode perkembangan benih dengan ciri : vigor benih maksimum, berat kering benih maksimum, kadar air benih rendah. Benih seharusnya dipanen setelah mencapai masak fisiologis.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menangani benih setelah panen agar viabilitas benih tidak cepat turun ialah :
- Menurunkan dan mempertahankan kadar air benih tetap rendah (benih ortodoks)
- Memisahkan kotoran benih karena dapat mempercepat penurunan viabilitas benih didalam penyimpanan
- Kemasan benih harus kedap udara
- Kondisi penyimpanan yang dingin kering dan bersih
Viabilitas bisa dideteksi melalui pengamatan dan pengujian secarafisik, fisiologi, biokimiawi, anatomis, sitologi dan matematik. Indikasi benih dengan viabilitas tinggi adalah :
- Secara fisik benih bersih, seragam dalam ukuran dan bentuk
- Secara fisiologi, persentase perkecambahan tinggi, berat kering kecambah normal tinggi, vigor kekuatan tumbuh dan vigor daya simpan tinggi, kadar air tetap rendah
- Secara anatomi, embrio berkembang membentuk struktur kecambah normal
- Secara biokimiawi, aktivitas respirasi dan aktivitas enzim hidrolase tinggi
- Secara sitologi, organel sel normal, kromosom tidak mengalami aberasi
- Secara matematik, nilai tolak ukur viabilitas benih pada MPV II dan III tidak menurun.