Sedangkan Setyati (1982) menyatakan Ilmu Agronomi merupakan ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungannya untuk memperoleh produksi maksimum.
Pengelolaan dilakukan pada berbagai tingkatan dari sederhana sampai maju dan pada saatnya tingkat efektivitas dan efisiensi ternyata dipengaruhi oleh tingkat budaya manusianya.
Agronomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu "Agros" yang berarti lapang produksi dan "Nomos" yang berarti pengelolaan. Didalam definisi agronomi tersebut terkandunng unsur-unsur agronomi yang sifatnya tidak kekal artinya unsur-unsur tersebut sangat tergantung kepada faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, yang berakibat terhadap produksi tanaman.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi lapang produksi misalnya tingkat kesuburan tanah yang akan berakibat buruk terhadap produksi tanaman. Pengelolaan sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusianya, misalnya kemampuan didalam memilih tanaman yang sesuai dengan kondisi setempat, kemampuan membaca peluang pasar, sedangkan produksi maksimum tergantung dari lapang produksi dan pengelolaan, bila lapang produksi maksimum dan pengelolaan maksimum maka produksi maksimum akan tercapai dengan catatan kondisi lingkungan yang mendukung dan terkendali.
Lapang produksi disebut sebagai "Fokus Agronomi", lapang produksi dapat berupa sebidang tanah yang subur, berlumpur (sawah) dan gembur, dapat pula hanya berupa sebuat pot besar yang berisi tanah subur atau pot kecil yang berisi pasir, dimana hara yang dibutuhkan tanaman diberikan melalui air penyiraman yang diatur sedemikian rupa. Letak fokus agronomi sangat beragam, bisa di alam terbuka, dapat pula di didalam ruangan yang terkendali (rumah kaca), rumah kasa, rumah plastik dan lain-lain.
Tumbuhan yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia disebut sebagai Objek Agronomi. Ciri-ciri tumbuhan yang dimaksud adalah :
- Mudah dikembangbiakan dan berkembangbiak dalam waktu yang relatif singkat
- Memberikan hasil yang berlipat ganda
- Tidak berbahaya bagi manusia
- Dapat dipasarkan
Pengertian tumbuhan adalah seluruh tumbuhan yang dalam proses hidupnya tidak melalui proses budidaya. Banyak tumbuhan yang bermanfaat secara tidak langsung maupun langsung diusahakan oleh manusia. Secara langsung tumbuhan tersebut memang diusahakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sedangkan secara tidak langsung tumbuhan banyak yang digunakan sebagai pupuk hijau, penutup tanah, pohon pelindung atau pohon untuk mengendalikan erosi.
Tanaman dalam konteks agronomi berarti tumbuhan yang dibudidayakan manusia dan mempunyai manfaat langsung untuk kebutuhan hidup manusia. Biasanya tumbuhan tersebut sudah melalui seleksi yang panjang, baik itu seleksi alami maupun seleksi yang dilakukan oleh manusia.
Para pelaku agronomi disebut sebagai"Subjek Agronomi", misalnya pemikir, penggerak/penyuluh, dan penanganan/pengelola yang seluruhnya disebut Agronomis. Agronomis adalah pelaku dibidang agronomi yang harus mampu dan ahli dibidangnya, sebagai tenaga pemikir, perencana / perancang.
Petani merupakan subjek utama dari agronomi dan pengertian petani adalah orang-orang yang bergerak dalam pemanfaatan lahan untuk menghasilkan produksi biologis tanaman atau hewan.
Petani merupakan pengusaha dibidang pertanian yang memiliki wewenang dalam memilih alternatif dan mengambil keputusan atas pertimbangan sendiri. Sedangkan sebidang tanah pertanian yang diusakan untuk kegiatan pertanian dengan suatu tujuan disebut dengan usaha tani.
Ciri-ciri suatu usaha tani adalah :
- Luas tanah garapan sempit
- Teknologi masih bersifat tradisional
- Tergantung pada subsidi pemerintah
- Pendidikan umumnya rendah
- Modal terbatas
Kebalikan dari usaha tani adalah Pengusaha Pertanian, yang mengandung arti bahwa petani atau pengusaha menyelenggarakan usaha taninya dengan menggunakan teknologi maju dan menggunakan akal dan karyanya secara maksimal guna mendapatkan produksi dan keuntungan maksimal, dan memiliki modal yang besar, mudah menerima teknologi baru yang secara ekonomi memberikan keuntungan yang besar.
Peralatan yang digunakan dalam mengelola suatu usaha tani dan jasa yang digunakan disebut dengan "Sarana Agronomi". Benda dan jasa tersebut sangat menentukan didalam budidaya tanaman, misalnya benih, pupuk, pestisida, yang berupa jasa misalnya penyuluh lapangan.
Sarana benda yang lebih luas lagi adalah perlengkapan lapangan, saran teknologi, sarana pengolahan, sarana penyimpanan dan sarana pengangkutan produksi. Dan seluruhnya itu disebut dengan "Sarana Produksi".
Produksi pertanian disebut "Sasaran Agronomi", produksi maksimum tidak hanya bersifat kuantitatif tetapi juga kualitatif. Kuantitatif berupa satuan berat yang dapat dihitung dan diukur, sedangkan kualitatif adalah satuan yang tak dapat dihitung maupun diukur dengan menggunakan alat tetapi dapat dinikmati dengan segenap indera yang ada.
Suatu areal produksi yang dikelola dengan baik disebut "Unit Agronomi". Unit agronomi merupakan areal yang relatif luasnya, bisa berupa lahan seluas 100 ha, satu unit rumah kaca, atau sederetan pot. Unit agronomi merupakan satu satuan fisik dari fokus agronomi (lapang produksi = field).
Semua pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai sasaran agronomi disebut "Tindak Agronomi". Bila dalam pengelolaan suatu objek agronomi tidak dilakukan hal-hal yang berhubungan dengan usaha meningkatkan produksi, maka semua itu tidak dikatakan sebagai tindak agronomi, misalnya petani menanam padi tetapi tanaman padi tersebut dibiarkan tumbuh tanpa ada usaha untuk memperbaiki pertumbuhannya, biasanya pengusaha hanya bersifat ekstraktif bukan bersifat generatif.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan petani, maka tindak agronomi yang dilakukan petani tersebut semakin baik. Tindak agronomi diawali dengan menetapnya lahan pertanian, dengan lahan pertanian yang tetap seseorang akan berusaha untuk terus memperbaiki usaha tani tersebut agar tercapai produksi yang maksimum.
Tindak agronomi dapat dikategorikan dalam dua tingkatan yaitu :
- Tingkat tindak agronomi yang rendah, misalnya petani tidak berupaya untuk mencapai produksi maksimum, misalnya tidak melakukan tandur jajar, tidak membuat saluran drainase.
- Tingkat tindak agronomi yang tinggi, contohnya petani yang sudah mengenal irigasi untuk lahan sawahnya, petani yang membuat terasering untuk tanamannya bila kondisi lahan tersebut berlereng.
Tingkat pengelolaan lapang produksi
Tingkat pengelolaan produksi dikategorikan dalam dua tingkat yaitu tingkat ekstrim minim dan tingkat ekstrim maju. Tingkat ekstrim minim dicirikan dengan suatu areal pertanian yang menjadi hutan, semak dan belukar. Tingkat ekstrim maju dicirikan dengan mengelola segenap unsur lingkungan untuk mendukung pertumbuhan tanaman, misalnya mampu meramalkan kapan seharusnya suatu tanaman ditanam, apabila dibutuhkan pada saat lebaran, natal dan hari besar lainnya, dan dapat membaca kebutuhan pasar lokal dan luar daerah bahka luar negeri.
Tingkat pengelolaan lapang produksi dikatakan ekstrim maju apabila fokus agronomi yang digunakan bukan lagi berupa tanah pertanian, misalnya dengan menggunakan kultur air, contohnya hidroponik, aeroponik yang membutuhkan penanaman modal yang besar untuk pelaksanaannya.
Tingkat maksimalisasi produksi
Untuk meningkatkan produksi yang maksimum dibutuhkan keterampilan dari subjek agronomi, semakin piawai seorang subjek agronomi mengelola tanaman dan lingkungannya maka semakin baik pula produksi yang akan didapat, misalnya dalam suatu areal pertanian yang tidak luas tetapi dapat dihasilkan tanaman yang sama dengan bila tanaman tersebut ditanam didalam areal yang luas, contoh dengan menggunakan vertikultur.
Dalam memaksimalkan produksi, subjek agronomi dituntut untuk menggunakan akal pikiran untuk memanfaatkan setiap jengkal lahan agar berproduksi dan saling mendukung, misalnya dengan melakukan pertanian terpadu.