-->

Prinsip Agronomis

  

  Prinsip agronomis menunjukkan pada berbagai kegiatan dalam rangka pengelolaan lapang produksi untuk menghasilkan produksi tanaman yang maksimal sesuai potensinya. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah :

1. Penentuan jenis tanaman/varietas dengan potensi hasil yang jelas


     Langkah awal dalam kegiatan produksi benih adalah menetapkan jenis tanaman atau varietas yang akan diproduksi. Deskripsi karakteristik dari jenis tanaman yang akan diproduksi harus diketahui dengan baik, terutama potensi hasil yang telah ditetapkan oleh pemuliaan tanaman. Pengetahuan dan pemahaman terhadap deskripsi tanaman yang akan diproduksi menjadi sangat penting, terutama dalam menentukan langkah-langkah berikutnya dalam pengelolaan lapang produksi.

2. Penentuan agroklimat dan kondisi tanah yang sesuai.


     Setiap jenis tanaman atau varietas memiliki wilayah sebaran geografis masing-masing untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Radiasi matahari, curah hujan, suhu dan unsur agroklimat lainnya menjadi faktor pembatas manakala tidak sesuai dengan kebutuhan dari tanaman yang akan diusahakan. Begitu pula dengan kondisi tanah secara fisik, biologis dan kimia akan menjadi kendala terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, jika tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Unsur agroklimat yang terpenting adalah radiasi matahari untuk proses fotosintesis, sedangkan kondisi tanah yang terpenting adalah ketersediaan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
   
     Indikator sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian tanaman terhadap agroklimat dan kondisi tanah adalah dengan mencari daerah sentra produksi dari tanaman yang akan diproduksi. Daerah sentra produksi secara alami telah menunjukkan adaptasi tanaman terhadap wilayah tersebut dalam rentang waktu yang sangat lama. Kesesusaian agroklimat dan kondisi tanah terhadap tanaman yang akan diproduksi akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimum untuk menghasilkan produksi yang sesuai potensi yang dimiliki.
   
     Indikator objektif tentunya berdasarkan pada pengetahuan yang detail dan kuantitatif terhadap karakteristik dan perilaku tanaman, sehingga dapat ditentukan kondisi agroklimat dan tanah yang diperlukan.

3. Penentuan dan penyiapan lapang produksi



     Berdasarkan kesesuaian agroklimat dan kondisi tanah terhadap kebutuhan tanaman yang akan diproduksi, maka dapat ditentukan lapang produksi yang akan digunakan untuk produksi benih. Kemudian tempat lapang produksi dalam jaringan transportasi sangat perlu diperhatikan dalam rangka efisiensi pengelolaan tanaman, hingga pengangkutan hasil panen. Hamparan lapang produksi juga perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan, lapang produksi yang terfragmentasi menjadi lahan yang kecil-kecil akan menyebabkan efisiensi yang lebih rendah.

   
     Penyiapan lapang produksi merupakan kegiatan lanjutan setelah tempat lapang produksi ditentukan. Penyiapan lapang produksi dimaksudkan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menyiapkan media tanam yang baik sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal untuk menghasilkan produksi yang sesuai potensinya. Penyiapan lapang produksi mencakup berbagai kegiatan diantaranya : land clearing, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, pemberian bahan organik, dan pembuatan saluran keluar masuknya air.
 
     Land clearing diperlukan terutama pada lapang produksi yang belum diolah dan masih banyak gulma dari kelompok herba dan semak atau rerumputan yang tinggi. Kegiatan Land Clearing sangat membantu dalam kemudahan dan peningkatan efisiensi kegiatan pengolahan tanah. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mempersiapkan media tanam yang baik, terutama melalui perbaikan sifat fisik tanah yang secara simultan akan berpengaruh terhadap sifat biologis dan kimia tanah.

    Pengolahan tanah dapat dilakukan minimal 2 kali, yaitu pembajakan dan penggaruan. Pembuatan lubang tanam diperlukan untuk tanaman-tanaman yang inderect planting, seperti tomat, cabe, dan terung. Pemberian bahan organik juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kesuburan fisik dan biologis tanah. Pembuatan saluran keluar masuknya air juga dilakukan untuk menyiapkan system pengairan yang baik agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat berlangsung dengan optimal.

4. Penentuan tingkat populasi tanaman

     Penentuan populasi tanaman yang tepat sangat menentukan terhadap pemanfaatan hara dan radiasi matahari secara optimum. Informasi tingkat populasi tanaman yang baik telah banyak diketahui, terutama untuk tanaman padi, dan palawijaya serta sayuran penting. Untuk tanaman yang tidak berupa rumpun sebagaimana halnya padi, maka ada indikator sederhana untuk penentuan populasi tanaman. Populasi tanaman dikatakan baik jika populasi yang ditentukan menyebabkan pengaturan jarak tanam yang kanopi antar tanaman relatif tidak tumpang tindih.


     Populasi tanaman yang diaplikasikan dalam bentuk ukuran jarak tanam, dijadikan dasar untuk penghitungan kebutuhan benih yang diperlukan. Informasi daya tumbuh benih sangat diperlukan untuk memperhitungkan jumlah benih yang harus disiapkan selama pertanaman termasuk penyulaman yang akan dilakukan.

5. Penanaman mulai dari penentuan metode tanam (langsung atau tidak langsung), persemaian, pembibitan, hingga pelaksanaan tanam.

     Kegiatan penanaman mencakup metode tanam, penentuan waktu tanam hingga pelaksanaan tanam. Metode tanam dapat dibedakan antara tanaman yang direct planting dan indirect planting. Tanaman indirect planting akan memerlukan kegiatan lain seperti persemaian, pembibitan dan penyiapan luabgn tanam (kecuali padi). Informasi tentang tanaman direct dan indirect planting telah banyak dipublikasikan, tetapi secara umum tanaman akan ditanam secara indirect planting, jika ada beberapa alasan diantaranya :


  • Ukuran benihnya relatif kecil, sehingga agak sulit jika ditebar langsung
  • Fase bibit tanaman peka terhadap radiasi matahari langsung dan deraan cuaca seperti angin dan dingin
  • Proteksi tanaman pada fase bibit akan dilakukan secara lebih intensif
  • Waktu musim tanam dilapang produksi akan lebih panjang
  • Roguing akan dilakukan sejak fase bibit
6. Pemeliharaan Tanaman

     Pemeliharaan tanaman mencakup diantaranya : kegiatan pemupukan, pengairan, pengendalian hama penyakit dan gulma (proteksi tanaman), pemangkasan, pemberian lanjaran, pembumbunan dan pemberian para. Pemupukan mencakup pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik biasa diaplikasikan pada saat sebelum atau pada saat tanam. Pupuk anorganik mencakup unsur makro seperti N, P, K dan unsur mikro seperti Fe, Mn. Aplikasi pupuk dapat dilakukan melalui tanah terutama unsur makro, dan juga dapat diaplikasikan melalui daun/tajuk terutama untuk unsur mikro. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemupukan adalah unsur yang terkandung dalam pupuk harus tersedia untuk tanaman pada saat tanaman membutuhkan.

     Pengendalian hama penyakit dan gulma dapat dilakukan berbagai cara seperti : sanitasi, biologis, fisik dan kimia. Pengendalian kimia dengan menggunakan pestisida merupakan pengendalian yang paling populer. Ketepatan jenis pestisida, dan dosis serta konsentrasi pestisida yang digunakan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam aplikasi pestisida.

     Pemeliharaan lain yang bisa dilakukan terutama terhadap palawija sayuran seperti pemangkasan pada tomat atau cabe, pemberian lanjaran pada kacang panjang, pembumbunan pada kacang tanah, dan pemberian para pada pare dan labu, dapat dilakukan untuk peningkatan efisiensi pemanfaatan radiasi matahari dan hara.

7. Pemanenan dan pengangkutan
     Kegiatan panen juga sangat menentukan terhadap tingkat produksi yang dihasilkan terutama dalam kehilangan hasil pada saat panen. Kegiatan pemanenan yang sangat memengaruhi tingkat produksi adalah penentuan saat panen dan cara panen.

     Saat panen yang tepat adalah pada saat tanaman menghasilkan jumlah benih yang maksimum. Cara panen dapat dilakukan secara manual dan juga maksimum. Cara panen dapat dilakukan secara manual dan juga dengan mesin panen. Cara manual biasanya memisahkan antar proses pemotongan dan perontokan terutama pada padi. Panen secara manual lebih baik hika produk yang akan dipanen agak dini, sehingga perontokan pada saat panen dapat dihindari. Pemanenan dengan mesin panen yang menggabungkan antara proses pemotongan dengan proses perontokan, maka panen agak dini kurang diperlukan.

     Pengangkutan juga berpengaruh terhadap jumlah loss panen, penggunaan wadah produk panen yang baik seperti karung yang kemudian diikat dengan baik akan menekan loss panen, apalagi jika dalam proses pengangkutan dilakukan secara hati-hati.
Sumber : Dasar Ilmu dan Teknologi Benih
Eny Widajati
Endang Murniati
Endah R. Palupi
Tatiek Kartika
M.R Suhartanto
Abdul Qadir
Powered by Blogger